Tony Wenas, Sang "Trouble Shooter": "Problem is My Middle Name"
Masa muda Tony Wenas penuh warna-warni. Dia bersekolah di SMA Kanisius Jakarta yang semua muridnya lelaki. Dia sering kabur dari kelas dan sering lolos. Di masa SMA itu pula, Tony menyalurkan bakat musiknya dengan menghidupkan band Kanisius, dan mengantarkan band SMA itu meraih juara.
“Tony Wenas pada masa SMA memang sering kabur dari kelasnya. Penjaga sekolah sering membantu Tony. Anehnya, meski sering ngabur dari sekolah, Tony selalu dapat nilai bagus. Suatu kali saya mencoba kabur dari kelas, eh malah tertangkap,” cerita Rhenald Kasali, teman sekelas Tony Wenas di SMA Kanisius dalam peluncuran buku berjudul Tony Wenas, Chief Entertainment Officer, Work and Fun are Soulmates di Airman Lounge, Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (8/4/2017) malam. Buku yang ditulis Robert Adhi Ksp itu, diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama. MC acara malam itu, Lilo KLA Project, mengocok perut sekitar 250 orang yang hadir dengan joke-joke khasnya.
Acara peluncuran buku tersebut bertepatan dengan hari ulang tahun ke-55 Tony Wenas, yang dihadiri istri Tony, Shita Manik-Wenas, dan putranya Diego Wenas. Tony sejak 1 Maret 2017 lalu menjabat Executive Vice President PT Freeport Indonesia. Sebelumnya Tony pernah menjabat CEO PT Riau Andalan Pulp & Paper dan CEO PT Vale Indonesia (INCO).
Peluncuran buku dalam suasana santai itu dihadiri para sahabat Tony Wenas, di antaranya mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Kehormatan AM Hendroprijono; mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Purn Chappy Hakim yang pernah menjabat Presdir PT Freeport Indonesia; Presiden Direktur Metro TV Adrianto Machribie yang pernah menjabat Presdir PT Freeport Indonesia; Presiden Direktur dan CEO PT Vale Indonesia Nico Kanter yang juga sepupu dan teman main Tony di masa kecil dan remaja; CEO Sintesa Group Shinta Widjaja Kamdani; Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya; HS Dillon; musisi Addie MS dan Fariz RM; serta kolega Tony di Freeport Indonesia, PT RAPP, PT Vale Indonesia, juga teman kuliah dan teman sekolah.
Adriano Machribie yang menulis Epilog buku ini mengungkapkan, Tony Wenas berada dalam “dua Solid”, yaitu “Solid 80”, band yang dibentuknya bersama teman-temannya ketika Tony masih mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 1980, dan solid dalam pekerjaannya. “Berkiprahnya Tony di band Solid 80, membantunya belajar bertanggyng jawab dalam memimpin musisi yang cenderung individualistis dan egois sehingga Tony paham gaya kepemimpinan yang efektif. Salah satu gaya kepemimpinan itu adalah keluwesannya dalam beradaptasi,” kata Adrianto.
Ibarat mengelola sebuah band, Tony Wenas memimpin perusahaan dengan menciptakan harmoni. Tak heran bila banyak orang menyebut Tony sebagai problem solver dan trouble shooter. Saking seringnya menyelesainya masalah dalam sejumlah perusahaan yang dipimpinnya, Tony menyebut, “Problem is my middle name.”
Buku ini juga memuat pandangan-pandangan Tony Wenas tentang cara dia memimpin perusahaan dan menyelesaikan banyak persoalan di berbagai perusahaan yang dipimpinnya.
Agung Laksamana, Corporate Affairs Director APRIL Group mengakui Tony Wenas mampu hidup dalam keseimbangan. Dia CEO yang bisa hidup dalam dunia yang berbeda. Biasanya CEO hanya memikirkan masalah finansial dan urusan perusahaan, tapi Tony berbeda. Otak kiri dan otak kanannya sama-sama berfungsi maksimal,” kata Agung, yang juga Ketua Umum Perhumas.
Buku ini juga memuat sekilas kisah band “Solid 80” pimpinan Tony Wenas, yang pada masanya dianggap sebagai boyband Fakultas Hukum UI. Dalam acara itu, Tony Wenas bersama personel band “Solid 80” Kurnia Wamilda Putra, Hendrasly Ahmad Sulaiman, Jodie Wenas dll membawakan lagu-lagu dari grup Queen di antaranya “We Are The Champions” dan “Bohemian Rhapsody”.
Buku ini juga memuat testimoni sejumlah sahabat, kolega dan keluarga yang mengenal sosok Tony Wenas, mulai dari teman sejak SD, SMP, SMA, kuliah, sampai kolega Tony dalam dunia kerja dan teman-teman ngebandnya.
Editor penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Andi Tarigan mengatakan, buku yang dicetak full colour ini dijual di toko buku Gramedia di seluruh Indonesia mulai akhir April dengan harga Rp 125.000 per eksemplar. “Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan, dan layak dibaca oleh para profesional, pemula, dan siapa saja,” kata Andi Tarigan.
Komentar
Posting Komentar